Sabtu, 05 Desember 2009

BERITA DUKA

Innalillaahi wa inna ilaihi roji'un.

Turut berduka cita atas wafatnya ananda tercinta, putra ketiga dari Muhammad Avicinna Dipayanna, yang memiliki calon nama "Muhammad Avirosse Adzanid Dipayana" pada hari Sabtu tanggal 05 Desember 2009 jam 02.15 Wib (dini hari) disebabkan adanya kelainan biologis sejak lahir.
Ananda tercinta tersebut, baru lahir pada tanggal 02 Desember 2009 jam 18.40 Wib dan wafat 3 (tiga) hari kemudian.
Dikebumikan di pemakaman umum Jl. Cokroaminoto Gg. 7, yang terletak di belakang rumah, tempat tinggal Iyan yang lama.

Semoga keluarga, khususnya Avicinna dan Rike Sri Astutik, diberikan ketabahan dan kesabaran menghadapi cobaan ini dan agar bisa mengambil hikmah dibalik musibah ini, Insya Allah, Allah punya rencana lain yang lebih baik untuk kita. Amiiin ...!!!

Baca selanjutnya ...

Jumat, 20 November 2009

RAPAT PERSIAPAN QURBAN


RAPAT I

1. Tempat dan Waktu : Base camp ’98 (rumah Ikrom)/ 12 Nopember 2009
2. Alumni yang Hadir : Iyan, Binyo, Akbarul, Ikrom, Meme, Wiwin, Amelia, Dadik
3. Hasil Rapat :
a. Untuk sementara,sampai saat ini sudah ada 4 ekor kambing (3 ekor dari teman kita, yaitu Iyan, Ikrom dan Anton. 1 ekor dari uang kas dan hasil sumbangan dari rekan-rekan 98ers lainnya)
b. Rencananya akan disalurkan di 4 lokasi di daerah kota probolinggo
c. Person In Charge (PIC) pencarian lokasi adalah Iyan dan Akbarul. Hari Kamis,19 Nopember 2009, sudah harus fix lokasinya.

d. Teknis pelaksanaan akan dibahas pada pertemuan berikutnya, Kamis,19 Nopember 2009.
e. Pengumpulan dana buat rekan-rekan 98ers yang mau menyisihkan sebagian utk menambah hewan kurban bisa langsung transfer atau cash ke bendahara Ikatan Alumni 98ers, Heri Supriyono.

RAPAT II

1. Tempat dan Waktu : Base camp ’98 (rumah Ikrom) / 19 Nopember 2009
2. Alumni yang Hadir : Iyan, Binyo, Akbarul, Ikrom, Meme, Amelia, Dandyk
3. Hasil Rapat :
a. Sudah terkumpul 6 ekor kambing Qurban, 2 ekor tambahannya berasal dari salah satu 98ers luar Probolinggo en satunya dari alumni angkatan lain. Demi permintaan ybs, kami mohon maaf tidak mencantumkan identitas mereka.
b. Lokasi penyebaran hewan qurban adalah sbb: 1).SMAN 1 Probolinggo, 2).Masjid Al Firdaus (Perumnas Mastrip), 3).TPA (Jl. Anggrek), 4).Kampus STIA Bayuangga, 5).Perkampungan Blok Jati (Kel. Jrebeng Kidul). 1 tempat lagi masih dalam proses pencarian oleh sdr. Ikrom dan dan Dady.
c. Korlap Lokasi 1= Iyan, Lokasi 2: Hendrik, Lokasi 3: Dady, Lokasi 4: Akbarul, Lokasi 5: Akbarul, Lokasi 6: Ikrom
d. Pembelian hewan kurban: hari minggu, 22 Nopember 2009. Penyerahan hewan kurban dijadwalkan pada hari Rabu, tanggal 25 Nopember 2009.
e. Pada hari Jumat, 27 Nopember 09, bagi rekan-rekan 98ers diharap mengikuti penyembelihan. Untuk itu dipersilahkan untuk langsung berkoordinasi dengan masing2 korlap sesuai dengan lokasinya.
f. Pada hari Jumat, 4 Desember 2009, diharapkan untuk kumpul kembali di base camp untuk evaluasi.
Baca selanjutnya ...

Selasa, 06 Oktober 2009

Hasil pertemuan perdana ikatan alumni smusa prolink angk. 98 (forward dari Meme, the secretary)

Launching pertemuan skaligus syukuran base camp telah berlangsung dengan lancar dan meriah pada:

Hari/tgl:Jumat/25 Sept 2009

Jam:20.30-23.15 WIB

Tempat:Base camp, rumah ikrom di Jl.Anjasmara (tanpa nomer) Jati, Prolink

Peserta: Iyan, Ikrom, Mahfud, Lindung, Heri, Akbarul, Dodik Sodenk, Wiwin, Amelia, Meme


Hasilnya:Telah diputuskan dan disepakati bersama

1. Susunan kepengurusan inti Ikatan alumni smusa prolink angkt. 98 sbb:
Ketua:Avicinna (Iyan)
Wakil Ketua:Yossie
Sekretaris 1:Meme
Sekretaris 2:Akbarul
Sekretaris 3:Amelia
Bendahara 1:Heri
Bendahara 2:Ikrom
Publikasi: Rizky, Lindung, Hakim, Mahfud

2.Kegiatan rutin setiap minggunya,berkumpul di base camp.Wajib dihadiri pengurus inti dan terbuka bagi semua alumni yg bisa hadir. Waktu akan di share menyusul

3.Kegiatan rutin setiap bulannya, bersifat refreshing. Bisa karaoke, futsal, nongkrong, rekreasi dll.

4.Rencana Jangka pendek: Baksos dalam rangka hari raya idul adha (detailnya akan dibicarakan dlm pertemuan kedua minggu ini)

5.Rencana Jangka Menengah&Panjang:Program Anak Asuh di Smusa Prolink

6.Perlunya pembahasan lebih lanjut ttg iuran per bulan (mungkin teman2 bisa ngasih masukan)

Demikian hasil sementara yg bisa saya sampaikan.semoga apa yg telah kita lakukan bersama ini bisa membawa manfaat buat kita semua dan juga orang lain.Kritik,saran,dan masukan silahkan langsung dilayangkan kepada kami.terimakasih dan VIVA 98ers

Note:utk Pak Ketua, mohon konfirmasinya kapan pertemuan kedua berlangsung?
Baca selanjutnya ...

Kamis, 13 Agustus 2009

Pengumpulan Dana Reuni

Bagi para teman-teman, silahkan cek para teman-teman yang lain yang perlu dikontak agar segera kirim sejumlah uang ke rekening Bank Mandiri yang telah ditentukan di blog SMUSA ini.
Ayo-ayo cepat, cepat, lebih cepat lebih baik !!!

1. MUH. AVICINNA DIPAYANA
- FEBY ISWANTI
- OKTA RUSMANTO
- ZUWANA ZUZUN WAHYUNI
- KRISSANTO RAHADI
- BUDI SANTOSO
- YENY IKAWATI
- YETI DWI KRISMAWATI
- LAILATUL FAHRIAH
- NANING SETYORINI
- NOVI SURACHMAD
- BAYU ARGO PRASETYO
- RANO TAMTOMO WICAKSONO
- TETTY MARIANA
- ANDALIA PANTI ARINI

2. AKBARUL HUZAINI
- HENDRIK IRAWAN
- HENDRIK KUSDIYANTO
- ARIK TRI MULYANI
- EKO BASUKI TEGUH ARGOWIBOWO
- SITI AMINAH
- SRI ARIFAH
- HASYIM IRAWANTO
- SANTI RAHAYU
- WASIS BUDIYANTO
- WINDU YUNIAWATI
- INAN UR ROFIQ MISBACHUDIN ARIEF
- IBRAHIM AKBAR NOVIYANTO
- LATIFAH HIDAYATI
- DIYAH NOVITA R
- DWIN MEIDYO YUSWANTO
- M. BASTIAN AKBAR
- DWI LESTARI
- BASILIA SUBIANTI WILUJENG

3. RIZKY NUGROHO
- GESANOVA BRAHMANTYA
- SUCIATININGSIH
- TAUFIQ SOLEH WIJAYA
- MUCHAMAD IKROM AL MUCHDAR
- YANUAR ARIS PRIBADI
- M. YUNUS HIDAYAT

4. LINDUNG ISWORO
- DIAN YULI HARDINI
- DANIEL TOMY CAHYONO
- UMI WARDATUL MUNIFAH
- FADELUN
- SUFAEDAH
- NURLALILI FATIMAH

5. MAHFUD AFFANDI
- EVA KURNIA YULIAWAN
- DHEDY SUMANTERI
- DINA EKAWATI
- YUDIONO
- ARIF YULIAWAN
- GAYUH WIGALANTYO
- ELLY FITRIANA
- F. AGUSTIN SRI A
- FARHANAH
- RENDRA SUSANTO
- DIAH DWI PURNAMA NINGSIH
- MAYA SISWINDARI
- NANIK PURNIAWATI

6. KRISTANTO
- YUSUF NUR AKBAR
- TEDDY KUSARDIANTO

7. WASTU YOGA WARDHANA
- ALITA RETNO HARIANTI
- ARDIANA RAHMI
- NIEL THEODORES
- HERLINA SOESILOWATI
- FENY NURAENI
- JULAIKA ARGOWIBOWO
- NURUL FADILLAH
- PRIYONO SIGIT

8. AZIZUL HAKIEM
- ERVAN SUYONO
- EKO HADI PRAYITNO
- YUNILA WP
- YUYUN KUSUMA DEWI
- FREDDY YOHAN FESTANTO
- ISTANTI YUNANINGTYAS
- AMELIA JUNIARTI
- DADIK EKO SUPRAPTO
- KRISTANA RINALDHI
- MOCH. IMRON EKO PRASETYO
- YUDI EKA SETYAWAN
- WULANG RAHYANHADI via adiknya di FB

9. ARDIANA RAHMI
- ISNAN JAUHARI
- FAHRUR ROZI
- NI KETUT RATNA HERAWATI

10. NANANG PRIHANTONO
- ARIE WIDIASTUTI
- NENI SAVITRI
- YULITA ISNANIAH
- DIAN ARISANTI

11. DANI DWI SETYONO
- HARI PURNOMOHADI SUPARTONO

12. HENNY SUKMAWATI
- JECKY AGUSTIN DJOHANSYAH
- ALIZA KURNIAWATI
- ANGGIA PUTRI PRAHERA

13. HERI SUPRIYONO
- EVI MARITA
- GALIH ENDRADITA MS
- AGUS SYAH ABIDIN
- EDDY PRABOWO
- AGUSTIN WULANDARI
- IMA NUKE B
- ISWAHYUDI
- EKO BAYU PRIHATMOKO
- DEDY AGUNG E
- ELLY NURYANTI
- ERNA INDASARI
- INDRI OKSARI HANDAYANI
- ANTON TRI YULIANTO
- HARYO BASKORO
- IWAN ARIF AFFANDI
- NURSUBEKTI CHRISHARTININGRUM
- SOFYAN ANDRIYANTO
- WIWIK SUNARSIH
- YUDI HADI PRANATA
- DWI HARJO WIDIAWAN
- EKO TEGUH MARYANTO
- MOCHAMAD IWAN
- NENI EKA MURIDANA

14. DANI ARDIANTO
- YUDHA PRIAKUSUMA

15. M. ALAMUL HAQ
- HENGKY VERU PURBO LAKSITO

16. HERTHA BASTIAWAN
- ANGGIT O. LIEK SUBROTO
- TOTONG HERMONO
- YULIA ANGGOROWATI
- EDWIN PANGGABEAN
- KARTIKA MAHARIAGATI UTAMI
- PUGUH ROGO NOLO
- ALIT YUDHISTIRO NUGROHO
- AZWAR SANTOSO
- ARDIAN FIRDAUS MARTANTO
- SHERLY MAHARDHINA UNTARI

17. ADIE SAMBODO
- YOSEPH HARTO PRATOMO

18. YOSSIE FERDYAN MALINDO
- ITA FITRIYANTI
- MIRZAH NURIYA ARIFIN
- ROSANA SURYADI
- WAHYOE PRIHANGGARANI
- ANUGERAH WAHYU SETYO RINI Z

19. PRIHAN SUHUDI
- AGUS LESMANA

21. MOHAMMAD ARIFIN
- EKA DIAN ANGGRAENI K.
- SUNANIK
- DODIK SATARI
- INDRIYANI
- MILA TRI YULIATI
- NANANG ISDIANTO
- DHANI PRASETYO
- ANA MUSTIKA
- ANDRY BUDI HARTANTO
- KRISNO DWI PRABOWO
- SITI ROMLAH
- TOMMY ADHIRAYA PUTRA
- TUTIK INDRIATI
- WENY RAHMADANI
- DEVI WIDOWATI

22. IRWAN PRASETYO
- HARSOYO

23. ROY NUGROHO NURAHMAD A
- WILUJENG TRI UNDARI

MOHON YG BERSEDIA UNTUK MENGHUBUNGI :

a. NOVIE PUSPITA SARI 0335-427608
b. NUR HAYATI
c. RANI ASIH ANGGRAENI
d. RIVAN PERMANA = via Hendrik
e. SUPRIANA YULLY KOETANTINA
f. SITI KHOLIFAH SAPTIARINI
g. SRI WULANDARI
h. SUSANTI
i. YAYAN ADIYANA
j. PRIHAN SUHUDI
k. AGUS LESMANA
l. VERONICA SEPTI HARIANI M. OK, mencoba via Sunanik
m. FAIZAH
n. DINNA MARIANA, Telp 0335-421120
o. ARINTA DYAH ROSANTI, Mencoba hub Septi/Nurvina
p. MERRY WIDIYARINI Ok, Nursubekti
q. ERWIN LAKSAMANA HARDHANY OK, 081357580969 (Sumber Taman)
r. NINUK KUSNIAWATI
s. DWI PRIHATININGTYAS
t. VERONICA SEPTI HARIANI M. OK, mencoba via Sunanik
u. ALINA DAMAYANTI
v. ANDRI PRASETYA KURNIAWAN
w. ANTOK MARDGIANTO
x. ANTOK SRI KRESNA WIMBANU
y. ARIANA WIDIANINGSIH
z. ANDI MAHESA
aa. DANDY TAUFAN WAHYUDI OK, Ikrom 08123496954
ab. DEDDY EFFENDI OK, Aluk
ac. DWI ERNI AGUSTIN
ad. DYAH RAHMAWATI
ae. FERDI EFFENDI
af. JAUHARIYANTO YUWONO
ag. KHUSNUL HAYATI
ah. MOHAMMAD UMAR AZIZ OK, Zainullah
ai. NIA SARI
aj. MARIA AGUSTINA PRISILLA R
ak. SAIFUL HASAN
al. TITIN DWI MURDIANTI
am. YOHANES BERCHMANS CAHYONO HENDRAWANTO
an. ZAINULLAH
ao. IKA ERNIATI
ap. NANDA MERYNDA
aq. ABDUL GHOFUR
ar. ABDUL KADIR ZAILANI
as. ERWIN APRILIANTO OK, Rendra 0335420610
at. IKA PATRIA WARDHANA Ok, jeh
au. INDAH SULISTYOWATI RAHAYU OK, 0335425412
av. INDAH TRI MURTI
aw. DEWI SHANDRA KUSUMA
ax. DIAH KRISTIAWATI
az. DIANA ELFITRIA
ba. GEFERA AKTININ BAKDIYAH
bb. HERU HANDOYO
bc. ISMANTO
bd. KRISTALENTA TIMBAS
be. KURNIA KASTRI ISRA
bf. LILA DAMAYANTI KISWARA
bg. TITIN WAHYUNI
bh. AHMAD FAIZAL AMIR
bi. CHRISTIN DWI LESTARI
bj. DIAH WULANDARI
bk. KRISNA ARISANDI
bl. MUHAMMAD BAQIR
bm. SIGIT SUYANTONO
bn. TEGUH ARIFIANTO
bo. VINCENSIUS EKO PUTRANTO
bp. WIWIN WIDY ASTUTI
bq. UNING YUSTITA WILUJENG
br. ANIE HERAWATI ok,krisno
bs. NURVINA DEWI INDRASWARI, OK uljeh
bt. ROHIMAH,
bu. Rr. DEWI RAWIDA PUSPITASARIE
bv. SEPTI RAHAYU BUDININGTYAS, Ok nurvina
bw. ASEP PERMANA Y, OK Krisno
bx. DIAN PURWANINGTYAS
by. ERMA WIDYA SURIYANI
bz. IKA APRILIA DYAN RAHMANANI
ca. NURUL FURQON, OK Aluk
cb. TITIS SEPTI WAHYUNI
Baca selanjutnya ...

Kamis, 28 Mei 2009

DZUNNUN AL - MISHRI


Sufi agung yang memberikan kontribusi besar terhadap dunia pemahaman dan pengamalan hidup dan kehidupan secara mendalam antara makhluk dengan sang pencipta, makhluk dan sesama ini mempunyai nama lengkap al-Imam al-A'rif al-Sufy al-Wasil Abu al-Faidl Tsauban bin Ibrahim, dan terkenal dengan Zunnun al-Misri. Kendati demikian besar nama yang disandangnya namun tidak ada catatan sejarah tentang kapan kelahirannya.


Perjalanan menuju Mesir

Waliyullah yang bangga dan dibanggakan oleh Mesir ini berasal dari Nubay (satu suku di selatan Mesir) kemudian menetap di kota Akhmim (sebuah kota di propinsi Suhaj). Kota Akhmin ini rupanya bukan tempat tinggal terakhirnya. Sebagaimana lazimnya para sufi, ia selalu menjelajah bumi mensyiarkan agama Allah mencari jati diri, menggapai cinta dan ma'rifatulah yang hakiki.
Suatu ketika dalam perjalanan yang dilalui kekasih Allah ini, ia mendengar suara genderang berima rancak diiringi nyanyi-nyanyian dan siulan khas acara pesta. Karena ingin tahu apa yang terjadi ia bertanya pada orang di sampingnya : "ada apa ini?". Orang tersebut menjawab : Itu sebuah pesta perkawinan. Mereka merayakannya dengan nyanyi-nyanyian dan tari-tarian yang diiringi musik ". Tidak jauh dari situ terdengar suara memilu seperti ratapan dan jeritan orang yang sedang dirundung duka. "Fenomena apa lagi ini ?" begitu pikir sang wali. Iapun bertanya pada orang tadi. Dengan santai orang tersebut menjawab : "Oh ya, itu jeritan orang yang salah satu anggota keluarganya meningal. Mereka biasa meratapinya dengan jeritan yang memekakkan telinga ". Di sana ada suka yang dimeriahkan dengan warna yang tiada tara. Di sini ada duka yang diratapi habis tak bersisa. Dengan suara lirih, ia mengadu : "Ya Allah aku tidak mampu mengatasi ini. Aku tidak sanggup berlama-lama tinggal di sini. Mereka diberi anugerah tidak pandai bersyukur. Di sisi lain mereka diberi cobaan tapi tidak bersabar ". Dan dengan hati yang pedih ia tinggalkan kota itu menuju ke Mesir (sekarang Kairo).

Perjalanan ke dunia tasawuf

Banyak cara kalau Allah berkehendak menjadikan hambanya menjadi kekasihnya. Kadang berliku penuh onak dan duri. Kadang lurus bak jalan bebas hambatan. Kadang melewati genangan lumpur dan limbah dosa. Tak dikecualikan apa yang terjadi pada Dzunnun al-Misri. Bukan wali yang mengajaknya ke dunia tasawuf. Bukan pula seorang alim yang mewejangnya mencebur ke alam hakikat. Tapi seekor burung lemah tiada daya.

Pengarang kitab al-Risalah al-Qusyairiyyah bercerita bahwa Salim al-Maghriby menghadap Dzunnun dan bertanya "Wahai Abu al-Faidl !" begitu ia memanggil demi menghormatinya "Apa yang menyebabkan Tuan bertaubat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT ? ". "Sesuatu yang menakjubkan, dan aku kira kamu tidak akan mampu". Begitu jawab al-Misri seperti sedang berteka-teki. Al-Maghriby semakin penasaran "Demi Dzat yang engkau sembah, ceritakan padaku" lalu Dzunnun berkata : "Suatu ketika aku hendak keluar dari Mesir menuju salah satu desa lalu aku tertidur di padang pasir. Ketika aku membuka mata, aku melihat ada seekor anak burung yang buta jatuh dari sangkarnya. Coba bayangkan, apa yang bisa dilakukan burung itu. Dia terpisah dari induk dan saudaranya. Dia buta tidak mungkin terbang apalagi mencari sebutir biji. Tiba-tiba bumi terbelah. Perlahan-lahan dari dalam muncul dua mangkuk, yang satu dari emas satunya lagi dari perak. Satu mangkum berisi biji-bijian Simsim, dan yang satunya lagi berisi air. Dari situ dia bisa makan dan minum dengan puas. Tiba-tiba ada kekuatan besar yang mendorongku untuk bertekad : "Cukup… aku sekarang bertaubat dan total menyerahkan diri pada Allah SWT. Akupun terus bersimpuh di depan pintu taubat-Nya, sampai Dia Yang Maha Asih berkenan menerimaku".

Perjalanan ruhaniah

Ketika si kaya tak juga kenyang dengan bertumpuknya harta. Ketika politisi tak jua puas dengan indahnya kursi. Maka kaum sufipun selalu haus dengan kedekatan lebih dekat dengan Sang Kekasih sejati. Selalu ada kenyamanan yang berbeda. Selalu ada kebahagiaan yang tak sama.
Maka demikianlah, Dzunnun al-Misri tidak puas dengan hikmah yang ia dapatkan dari burung kecil tak berdaya itu. Baginya semuanya adalah media hikmah. Batu, tumbuhan, wejangan para wali, hardikan pendosa, jeritan kemiskinan, rintihan orang hina semua adalah hikmah.
Suatu malam, tatkala Dzunnun bersiap-siap menuju tempat untuk ber-munajat ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang nampaknya baru saja mengarungi samudera kegundahan menuju ke tepi pantai kesesatan. Dalam senyap laki-laki itu berdoa "Ya Allah Engkau mengetahui bahwa aku tahu ber-istighfar dari dosa tapi tetap melakukannya adalah dicerca. Sungguh aku telah meninggalkan istighfar, sementara aku tahu kelapangan rahmatmu. Tuhanku… Engkaulah yang memberi keistimewaan pada hamba-hamba pilihan-Mu dengan kesucian ikhlas. Engkaulah Zat yang menjaga dan menyelamatkan hati para auliya' dari datangnya kebimbangan. Engkaulah yang menentramkan para wali, Engkau berikan kepada mereka kecukupan dengan adanya seseorang yang bertawakkal. Engkau jaga mereka dalam pembaringan mereka, Engkau mengetahui rahasia hati mereka. Rahasiaku telah terkuak di hadapan-Mu. Aku di hadapan-Mu adalah orang lara tiada asa ". Dengan khusyu' Dzunnun menyimak kata demi kata rintihan orang tersebut. Ketika dia kembali memasang telinga untuk mengambil hikmah di balik ratapan lelaki itu, suara itu perlahan menghilang sampai akhirnya hilang sama sekali di telan gulitanya sang malam namun menyisakan goresan yang mendalam di hati sang wali ini.
Di saat yang lain ia bercerita pernah mendengar seorang ahli hikmah di lereng gunung Muqottom. " Aku harus menemuinya " begitu ia bertekad kemudian. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan iapun bisa menemukan kediaman lelaki misterius. Selama 40 hari mereka bersama, merenungi hidup dan kehidupan, memaknai ibadah yang berkualitas dan saling tukar pengetahuan. Suatu ketika Dzunnun bertanya : "Apakah keselamatan itu?". Orang tersebut menjawab "Keselamatan ada dalam ketakwaan dan al-Muroqobah (mengevaluasi diri)". "Selain itu ?". pinta Dzunnun seperti kurang puas. "Menyingkirlah dari makhluk dan jangan merasa tentram bersama mereka!". "Selain itu ?" pinta Dzunnun lagi. "Ketahuilah Allah mempunyai hamba-hamba yang mencintai-Nya. Maka Allah memberikan segelas minuman kecintaan. Mereka itu adalah orang-orang yang merasa dahaga ketika minum, dan merasa segar ketika sedang haus". Lalu orang tersebut meninggalkan Dzunnun al-Misri dalam kedahagaan yang selalu mencari kesegaran cinta Ilahi.

Kealiman Dzunnun al-Misri

Betapa indahnya ketika ilmu berhiaskan tasawuf. Betapa mahalnya ketika tasawuf berlandaskan ilmu. Dan betapa agungnya Dzunnun al-Misri yang dalam dirinya tertata apik kedalaman ilmu dan keindahan tasawuf. Nalar siapa yang mampu membanyah hujjahnya. Hati mana yang mampu berpaling dari untaian mutiara hikmahnya. Dialah orang Mesir pertama yang berbicara tentang urutan-urutan al-Ahwal dan al-Maqomaat para wali Allah.
Maslamah bin Qasim mengatakan "Dzunnun adalah seorang yang alim, zuhud wara', mampu memberikan fatwa dalam berbagai disiplin ilmu. Beliau termasuk perawi Hadits ". Hal senada diungkapkan Al-Hafidz Abu Nu'aim dalam Hilyah-nya dan al-Dzahabi dalam Tarikh-nya bahwasannya Dzunnun telah meriwayatkan hadits dari Imam Malik, Imam Laits, Ibn Luha'iah, Fudail ibn Iyadl, Ibn Uyainah, Muslim al-Khowwas dan lain-lain. Adapun orang yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah al-Hasan bin Mus'ab al-Nakha'i, Ahmad bin Sobah al-Fayyumy, al-Tho'i dan lain-lain. Imam Abu Abdurrahman al-Sulamy menyebutkan dalam Tobaqoh-nya bahwa Dzunnun telah meriwayatkan hadis Nabi dari Ibn Umar yang berbunyi " Dunia adalah penjara orang mu'min dan surga bagi orang kafir".
Di samping lihai dalam ilmu-ilmu Syara', sufi Mesir ini terkenal dengan ilmu lain yang tidak digoreskan dalam lembaran kertas, dan datangnya tanpa sebab. Ilmu itu adalah ilmu Ladunni yang oleh Allah hanya khusus diberikan pada kekasih-kekasih-Nya saja.

Karena demikian tinggi dan luasnya ilmu sang wali ini, suatu ketika ia memaparkan suatu masalah pada orang di sekitarnya dengan bahasa Isyarat dan Ahwal yang menawan. Seketika itu para ahli ilmu fiqih dan ilmu 'dhahir' timbul rasa iri dan dan tidak senang karena Dzunnun telah berani masuk dalam wilayah (ilmu fiqih) mereka. Lebih-lebih ternyata Dzunnun mempunyai kelebihan ilmu Robbany yang tidak mereka punyai. Tanpa pikir panjang mereka mengadukannya pada Khalifah al-Mutawakkil di Baghdad dengan tuduhan sebagai orang Zindiq yang memporak-porandakan syari'at. Dengan tangan dirantai sufi besar ini dipanggil oleh Khalifah bersama murid-muridnya. "Benarkah engkau ini zahidnya negeri Mesir?". Tanya khalifah kemudian. "Begitulah mereka mengatakan". Salah satu pegawai raja menyela : " Amir al-Mu'minin senang mendengarkan perkataan orang yang zuhud, kalau engkau memang zuhud ayo bicaralah".

Dzunnun menundukkan muka sebentar lalu berkata "Wahai amiirul mukminin…. Sungguh Allah mempunyai hamba-hamba yang menyembahnya dengan cara yang rahasia, tulus hanya karena-Nya. Kemudian Allah memuliakan mereka dengan balasan rasa syukur yang tulus pula. Mereka adalah orang-orang yang buku catatan amal baiknya kosong tanpa diisi oleh malaikat. Ketika buku tadi sampai ke hadirat Allah SWT, Allah akan mengisinya dengan rahasia yang diberikan langsung pada mereka. Badan mereka adalah duniawi, tapi hati adalah samawi…….".
Dzunnun meneruskan mauidzoh-nya sementara air mata Khalifah terus mengalir. Setelah selesai berceramah, hati Khalifah telah terpenuhi oleh rasa hormat yang mendalam terhadap Dzunnun. Dengan wibawa khalifah berkata pada orang-orang datang menghadiri mahkamah ini : "Kalau mereka ini orang-orang Zindiq maka tidak ada seorang muslim pun di muka bumi ini". Sejak saat itu Khalifah al-Mutawaakil ketika disebutkan padanya orang yang Wara' maka dia akan menangis dan berkata "Ketika disebut orang yang Wara' maka marilah kita menyebut Dzunnun".

Pujian para ulama' terhadap Dzunnun

Tidak ada maksud paparan berikut ini supaya Dzunnun al-Misri menjadi lebih terpuji. Sebab apa yang dia harapkan dari pujian makhluk sendiri ketika Yang Maha Sempurna sudah memujinya. Apa artinya sanjungan berjuta manusia dibanding belaian kasih Yang Maha Penyayang ?. Dan hanya dengan harapan semoga semua menjadi hikmah dan manfaat bagi semua paparan berikut ini hadir.
Imam Qusyairy dalam kitab Risalah-nya mengatakan "Dzunnun adalah orang yang tinggi dalam ilmu ini (Tasawwuf) dan tidak ada bandingannya. Ia sempurna dalam Wara', Haal, dan adab". Tak kurang Abu Abdillah Ahmad bin Yahya al-Jalak mengatakan "Saya telah menemui 600 guru dan aku tidak menemukan seperti keempat orang ini : Dzunnun al-Misry, ayahku, Abu Turob, dan Abu Abid al-Basry". Seperti berlomba memujinya sufi terbesar dan ternama Syaikh Muhiddin ibn Araby Sulton al-Arifin dalam hal ini mengatakan "Dzunnun telah menjadi Imam, bahkan Imam kita".
Pujian dan penghormatan pada Dzunnun bukan hanya diungkapkan dengan kata-kata. Imam al-Munawi dalam Tobaqoh-nya bercerita : “Sahl al-Tustari (salah satu Imam tasawwuf yang besar) dalam beberapa tahun tidak duduk maupun berdiri bersandar pada mihrab. Ia juga seperti tidak berani berbicara. Suatu ketika ia menangis, bersandar dan bicara tentang makna-makna yang tinggi dan Isyaraat yang menakjubkan. Ketika ditanya tentang ini, ia menjawab "Dulu waktu Dzunnun al-Misri masih hidup, aku tidak berani berbicara tidak berani bersandar pada mihrab karena menghormati beliau. Sekarang beliau telah wafat, dan seseorang berkata padaku padaku : berbicaralah!! Engkau telah diberi izin".

Cinta dan ma'rifat

Suatu ketika Dzunnun ditanya seseorang : "Dengan apa Tuan mengetahui Tuhan?". "Aku mengetahui Tuhanku dengan Tuhanku ",jawab Dzunnun. "kalau tidak ada Tuhanku maka aku tidak akan tahu Tuhanku". Lebih jauh tentang ma'rifat ia memaparkan : "Orang yang paling tahu akan Allah adalah yang paling bingung tentang-Nya". "Ma'rifat bisa didapat dengan tiga cara: dengan melihat pada sesuatu bagaimana Dia mengaturnya, dengan melihat keputusan-keputusan-Nya, bagaimana Allah telah memastikannya. Dengan merenungkan makhluq, bagaimana Allah menjadikannya".
Tentang cinta ia berkata : "Katakan pada orang yang memperlihatkan kecintaannya pada Allah, katakan supaya ia berhati-hati, jangan sampai merendah pada selain Allah!. Salah satu tanda orang yang cinta pada Allah adalah dia tidak punya kebutuhan pada selain Allah". "Salah satu tanda orang yang cinta pada Allah adalah mengikuti kekasih Allah Nabi Muhammad SAW dalam akhlak, perbuatan, perintah dan sunnah-sunnahnya". "Pangkal dari jalan (Islam) ini ada pada empat perkara: “cinta pada Yang Agung, benci kepada yang Fana, mengikuti pada Alquran yang diturunkan, dan takut akan tergelincir (dalam kesesatan)".

Karomah Dzunnun al-Misri

Imam al-Nabhani dalam kitabnya “Jami' al-karamaat “ mengatakan: “Diceritakan dari Ahmad bin Muhammad al-Sulami: “Suatu ketika aku menghadap pada Dzunnun, lalu aku melihat di depan beliau ada mangkuk dari emas dan di sekitarnya ada kayu menyan dan minyak Ambar. Lalu beliau berkata padaku "engkau adalah orang yang biasa datang ke hadapan para raja ketika dalam keadaan bergembira". Menjelang aku pamit beliau memberiku satu dirham. Dengan izin Allah uang yang hanya satu dirham itu bisa aku jadikan bekal sampai kota Balkh (kota di Iran).
Suatu hari Abu Ja'far ada di samping Dzunnun. Lalu mereka berbicara tentang ketundukan benda-benda pada wali-wali Allah. Dzunnun mengatakan "Termasuk ketundukan adalah ketika aku mengatakan pada ranjang tidur ini supaya berjalan di penjuru empat rumah lalu kembali pada tempat asalnya". Maka ranjang itu berputar pada penjuru rumah dan kembali ke tempat asalnya.

Imam Abdul Wahhab al-Sya'roni mengatakan: “Suatu hari ada perempuan yang datang pada Dzunnun lalu berkata "Anakku telah dimangsa buaya". Ketika melihat duka yang mendalam dari perempuan tadi, Dzunnun datang ke sungai Nil sambil berkata "Ya Allah… keluarkan buaya itu". Lalu keluarlah buaya, Dzunnun membedah perutnya dan mengeluarkan bayi perempuan tadi, dalam keadaan hidup dan sehat. Kemudian perempuan tadi mengambilnya dan berkata "Maafkanlah aku, karena dulu ketika aku melihatmu selalu aku merendahkanmu. Sekarang aku bertaubat kepada Allah SWT".

Sumber : tamanulama.blogspot.com
Baca selanjutnya ...

MUHAMMAD HASYIM ASY'ARI


Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie (bagian belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari) ( (24 Dzulqaidah 1287H) lahir di Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875 – wafat di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

Jombang l933. Terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Mohammad Cholil, gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu kiai dari Madura ini populer dipanggil. Kiai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian.

Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.” Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kiai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.

Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya.

Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kiai Hasyim juga Kiai Cholil; adalah kemuliaan akhlak. Keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita.

Mbah Cholil adalah kiai yang sangat termasyhur pada jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan Madura ini.

Sedangkan Kiai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, kakek Abdurrahman Wachid (Gus Dur) ini terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kiai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam.

Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kiai Cholil. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kiai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kiai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kiai Hasyim.

Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-Syekh (tuan guru besar) kepada Kiai Hasyim.

Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kiai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kiai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana. Kedua, Kiai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam
yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.

Namun sempat juga Kiai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kiai Hasyim. Mungkin, karena sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama kiainya itu.

Mendirikan NU

Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi darigurunya, Syekh Mahfudh at-Tarmisi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syekh ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syekh Mahfudh, Hasyim juga menimba ilmu kepada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah Kiai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi, antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru.

Yang perlu ditekankan, saat Hasyim belajar di Mekkah, Muhammad Abduh sedang giat-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Dan sebagaimana diketahui, buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah. Termasuk Hasyim tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang sebenarnya bukan berasal dari Islam. Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh merumuskan doktrin-doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan agar supaya Islam dapat memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan. Dengan alasan inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat. Syekh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran Abduh, walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa santri Syekh Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang mengembangkan ide-ide Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah. Tidak demikian dengan Hasyim. Ia sebenarnya juga menerima ide-ide Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak pikiran Abduh agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab. Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak mungkin untuk memahami maksud yang sebenarnya dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang tergabung dalam sistem mazhab. Untuk menafsirkan al-Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, demikian tulis Dhofier. Dalam hal tarekat, Hasyim tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan bertentangan dengan ajaran Islam. Hanya, ia berpesan agar ummat Islam berhati-hati bila memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan pendapat antara golongan bermazhab yang diwakili kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan. Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam, untuk dibawa ke Konggres Ummat Islam di Mekkah.

Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya tempat-tempat penting, mulai makam Rasulullah sampai para sahabat) kelompok ini kemudian membentuk Komite Hijaz. Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada penguasa Arab Saudi. Atas restu Kiai Hasyim, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama.

Setelah NU berdiri posisi kelompok tradisional kian kuat. Terbukti, pada l937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kiai Hasyim diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Keturunan Raja Pajang

Lahir 24 Dzul Qaidah 1287 Hijriah atau 14 Februari l871 Masehi, Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis ibu, Halimah, Hasyim masih terhitung keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir alias Sultan Pajang, raja Pajang. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga kiai. Kakeknya, Kiai Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kiai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim.

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kiai Cholil.

Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kiai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kiai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kiai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kiai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.

Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun. Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kiai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Kiai Hasyim bukan saja kiai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kiai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kiai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya. Dari perkawinannya dengan Mafiqah, putri Kiai Ilyas, Kiai Hasyim dikarunia 10 putra: Hannah, Khoriyah, Aisyah, Ummu Abdul Hak (istri Kiai Idris), Abdul Wahid, Abdul Kholik, Abdul Karim, Ubaidillah, Masrurah dan Muhammad Yusuf. Wafat 25 Juli 1947. Atas jasa-jasanya pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.

Sumber : www.muslimdelf.nl
Baca selanjutnya ...

HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA)

Ulama, Politisi dan Sastrawan Besar

Buya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia. HAMKA adalah akronim namanya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.

Dia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati.

Ayahnya, Syeikh Abdul Karim bin Amrullah, disapa Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah 1906.

HAMKA mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga Darjah Dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padangpanjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padangpanjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun 1925 apabila beliau menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.

Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno daripada pemerintah Indonesia.

Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai.

Sumber : www.tokohindonesia.com
Baca selanjutnya ...

klik "SIGN THIS GUESTBOOK" dibawah ini untuk upload FOTO