Raih Nobel Perdamaian 2002
Mantan Presiden AS ke-39 Jimmy Carter, meraih hadiah Nobel Perdamaian 2002. Komite Nobel Norwegia menilainya tidak mengenal lelah selama bertahun-tahun mengatasi konflik internasional, memperjuangkan demokrasi, hak-hak asasi manusia dan mendorong pembangunan sosial dan ekonomi.
Dalam jumpa pers tentang nobel perdamaian itu di Plains, Georgia, Jumat 11/10/02, Jimmy Carter kembali menyatakan komitmennya untuk melanjutkan diplomasi menentang kemarahan pemerintahan George W Bush yang ingiin berperang melawan Irak. Carter dikenal sebagai tokoh yang berusaha menegakkan perdamaian selama menjabat presiden dan dilanjutkan sampai saat ini.
Menurut Carter, hadiah tersebut merupakan penghargaan kepada para stafnya di Carter Center. Carter yang berasal dari sebuah kota kecil sebagai petani kacang hingga menjadi presiden tahun 1976, dikenal sebagai insan yang cinta damai. Ia selalu berupaya menegakkan perdamaian, demokrasi dan hak-hak asasi manusia.
Larray Sabato pakar politik dari Universitas Verginia, mengapresiasi Carter dengan mengatakan, “Ketika dia berjalan dia dikenal sebagai orang Kristen pertama yang lahir kembali. Sedangkan penghargaan ini pertanda dia lahir kembali secara politik. Sebab ketika meninggalkan jabatan kepresidenannya ia dinilai kurang popular dengan nilai rendah. Tetapi dengan kerja keras dan dedikasinya yang tinggi dia meraih hasil luar biasa.
Pada masa jabatan kepresidenannya, Iran yang dipimpin Mohammad Reza Pahlevi (The Shah of Iran) jatuh pada tahun 1979, padahal dia adalah sahabat AS di Timur Tengah. Kejatuhan itu sekaligus menyebabkan tertahannya 52 orang staf Kedutaan Besar AS di Teheran, yang menjadi pemberitaan gencar media selama 14 bulan. Hal menyebabkan karier politiknya habis, sehingga melempangkan jalan Ronald Reagan menjadi presiden tahun 1980.
Sementara menurut Komite Nobel, selama jabatannya sebagai presiden (1976-1980), peranan Carter sangat vital melahirkan Perjanjian Camp David antara Israel dan Mesir. Itulah salah satu fator yang membuat komite tidak ragu-ragu dengan keputusannya. Pada saat Barat dan Timur terjebak perang dingin, dia malah menyempatkan diri menekankan pentingnya politik internasional menghargai hak-hak asasi manusia.
Komite Nobel yang berpusat di Oslo, Norwegia bernaung dalam The Norwegian Nobel Institute. Alfred Nobel memang memilih Norwegia sebagai lokasinya, sementara jenis nobel lain digarap Akademi Sains Kerajaan Swedia. Hadiah nobel diciptakan industrialis Swedia Alfred Nobel, dan selalu dipersembahkan pada 10 Desember, tanggal kematiannya tahun 1896.
Lewat Carter Center, Carter mengusahakan penyelesaian konflik, menunjukkan komitmen tinggi pada hak-hak asasi manusia, menawarkan diri sebagai pemantau pemilu yang tidak terhitung di berbagai negara berkembang. Dia juga telah bekerja keras di berbagai daerah untuk memerangi penyakit tropis dan juga membawa pertumbuhan dan kemajuan di negara-negara berkembang.
Carter dengan demikian telah malang melintang di berbagai kegiatan, menangani hal-hal yang memang menjadi perhatian utama selama 101 tahun sejarah perjalanan Nobel Perdamaian.
Carter terpilih setelah menyingkirkan 156 calon yang terdiri dari 117 perorangan dan 39 organisasi. Salah satu calon itu adalah Presiden Afganistan Hamid Karzai, sebagai dukungan dan pemberi semangat atas kepemimpinannya menuju perdamaian, setelah tercabik-cabik perang sejak tahun 1979. Calon lain adalah mantan Wali Kota New York Rudolph Giuliani, dan penyanyi dari kelompok U2, Bono, yang gencar mengampanyekan pengurangan utang-utang negara berkembang. Mantan Senator Demokrat AS, Sam Nunn, dan Senator Republiken Richard Lugar dari Indiana, juga dicalonkan karena gencar mengupayakan pengurangan jumlah senjata perusak massal bekas Negara Uni Soviet. Presiden Iran Mohammad Khatami, sebagai figur Muslim yang menjanjikan dalam hal demokratisasi, juga masuk nominasi. Paus Johanes Paulus II juga masuk nominasi.
Sementara lembaga yang dinominasikan adalah Salvation Army, the UN War Crimes Tribunal, dan US Peace Corps. Orthodox Christian Patriarch Bartholomew, Church of Sant'Egidio, juga dinominasikan karena aksi mereka pada kemanusiaan dan perdamaian. Mission of Mercy dinominasikan atas karya mereka di Amerika Latin, dan SOS Children's Villages yang gencar dalam kampanye pemberian bantuan.
Carter yang lahir 1 Oktober 1924, di kota kecil Plains, Georgia, memiliki nama asli sama dengan ayahnya, James Earl Carter Jr (junior), untuk nama ayahnya dibubuhi Sr (senior). Ayahnya adalah seorang petani dan pebisnis, serta ibunya, Lillian Gordy, seorang perawat.
Ia seorang kakek energik dan tetap bersemangat, bukan untuk hal negatif, tetapi sangat positif. Jenjang pendidikannya ditempuh di sekolah umum Plains, Georgia Southwestern College, dan Georgia Institute of Technology. Dia meraih gelar sarjana muda dari United States Naval Academy tahun 1946, dan gelar sarjana fisika nuklir di Union College. Dia memilih berkarier di Angkatan Laut AS, dan pernah bekerja di dua armada, yakni Atlantic dan Pacific.
Pada tanggal 7 Juli 1946, dia menikahi Rosalynn Smith dan dikaruniai anak bernama John William (Jack), James Earl III (Chip), Donnel Jeffrey (Jeff), dan seorang putri Amy Lynn. Ketika ayahnya wafat, Carter dan Rosalynn memilih kembali ke Plains, meneruskan usaha pertanian dan bisnis kecil, menjual pupuk dan barang-barang keperluan sektor pertanian.
Saat kembali ke daerah asalnya itu, Carter mulai memperlihatkan niat dalam pemecahan persoalan komunitas. Dia mengetuai berbagai organisasi, dan dari situ dia mengawali karier politik yang memang meningkat. Dia terpilih sebagai senat dari Georgia pada tahun 1962.
Tahun 1966, dia berkampanye pemilihan gubernur tahun 1966, tapi kalah. Kemudian ia mencoba lagi dan menang sebagai gubernur ke-76 negara bagian Georgia pada tahun 1971. Pada 12 Desember 1974, dia mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden AS. Ia pun terpilih sebagai Presiden AS ke-39 pada 2 November 1976, dengan meraih 297 suara mengalahkan Gerald R Ford 241 suara (electoral votes).
Selama menjabat presiden, Carter berperan melahirkan traktat Terusan Panama, SALT II dengan bekas negara Uni Soviet, perintisan hubungan diplomatik dengan Cina tahun 1979. Di dalam negeri, Carter yang anti-rasis itu terlibat perkara kemanusiaan terutama pendidikan dengan pembentukan departemen pendidikan serta konservasi alam termasuk Alaska Lands Act.
Dia sudah menulis berbagai buku. Salah satu yang terkenal adalah Keeping Faith: Memoirs of a President (1982), mengenang konflik AS di Iran tahun 1979 lalu. Dia kini adalah prosefor di Emory University. Tahun 1982 lalu, dia mendirikan Carter Center, bekerja sama dengan universitas tersebut.
Carter Center juga berperan meningkatkan imunisasi dari 20 persen menjadi 80 persen di dunia. Lembaganya itu juga berperan mengurangi wabah penyakit Guinea di negara berkembang pada akhir tahun 1995, serta membantu petani-petani di Afrika meningkatkan hasil pertanian.
Di waktu senggangnya, Carter aktif mengajar pada sekolah minggu dan menjabat sebagai pengurus di Gereja Baptist Maranatha di Plains. Mantan orang nomor satu AS ini tampaknya tidak mengidap sindrom pascakekuasaan, yang terkadang membuat mantan penguasa seperti tak berdaya lagi serta loyo jiwa dan raga.
Sumber : www.tokohindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar